Selasa, 15 Maret 2011

Renungan untuk sesuatu yang kita pikir tidak mungkin

Mengapa otak tengah anak lebih mudah di aktivasi dari pada otak tengah orang dewasa? Ada banyak faktor. Otak manusia ada dalam tahap perkembangan sampai umur 15 tahun. Percaya atau tidak, umur 20 tahun otak manusia sudah masuk dalam taraf degenerasi. Mulai umur 20 tahun sel-sel otak akan mulai menurun fungsinya. Aktivasi otak tengah ini memprogram otak tengah pada saat otak ada dalam masa pertumbuhan.

Ada alasan lain mengapa tingkat kesulitan aktivasi otak tengah untuk orang dewasa lebih tinggi. Pola pikir yang sudah terbentuk dan sulit diubah. Apakah anda pernah berusaha meyakinkan seorang dewasa tentang sesuatu yang dia tidak percaya ? Sukar bukan ? Coba lakukan ini pada anak 6 atau 9 tahun! Mana yang lebih mudah ? Jangankan mempengaruhi orang lain, saya sendiri saja sulit untuk meyakinkan diri sendiri, bahwa ternyata anak saya dapat melihat dengan mata tertutup. Setelah otak tengahnya di aktivasi, dia dapat melihat dengan mata tertutup. Saya tidak berani memperlihatkan kemampuan anak ini kepada orang lain. Karena saya sendiri setelah melihatnya setiap hari masih tetap tidak percaya dengan apa yang saya lihat.
Salah satu cara yang diajarkan pada saat aktivasi otak tengah adalah membuat otak anak tersebut terbuka untuk menerima hal yang dirasa tidak mungkin. Jika seorang anak yakin bahwa dia tidak akan dapat melihat dengan mata tertutup, maka dia benar. Dia tidak dapat melihat dengan mata tertutup. Jika kita berpikir bahwa kita tidak akan dapat menjadi juara lari 100 M dunia, maka kita benar ! Tetapi jika kita berpikir bahwa kita dapat menjadi juara lari 100 M, maka kita juga benar. Jadi kembali pada pola pikir kita.
Apakah anda pernah mendengar cerita gajah sirkus yang mati terbakar pada saat tenda sirkus terbakar ? Gajah besar tersebut kakinya hanya diikat dengan tali kecil yang diikatkan seadanya pada sebuah pasak kecil. Hal ini dapat terjadi karena pola pikir gajah tersebut telah diprogram sejak kecil. Pada waktu kecil gajah tersebut diikat dengan rantai besar pada sebuah pasak yang tertanam kuat. Setelah beberapa tahun berusaha menarik rantai tersebut tanpa hasil, maka gajah kecil tersebut “Sadar” bahwa dia tidak akan dapat memutuskan rantai pengikat kaki, walaupun dia berusaha sekuatnya. Pola pikir ini menjadi “kebenaran” dalam otaknya. Walaupun kakinya diikat dengan tali kecil yang secara teknis dapat diputuskan, “Mental Blok” yang ada dalam otaknya – lah yang mematikan memampuan dia memutuskan tali kecil di kakinya.
Mental Blok” pada orang dewasa-lah yang paling banyak menghalangi aktivasi otak tengah ini. Mungkin ada baiknya kita coba berpikir jernih  untuk dapat meruntuhkan “Mental Blok” ini. Apapun yang kita yakini adalah suatu kebenaran untuk diri kita sendiri. Karena kita adalah apa yang kita pikirkan. Beberapa orang tetap tidak percaya bahwa seorang anak dapat melihat dengan otak tengahnya. Mereka meyakini pasti ada campur tangan dari dunia supra natural atau faktor dunia kegelapan lain. Jangan berkonfrontasi dengan mereka, karena mereka mempunyai “Kebenaran mereka sendiri”. Ajak lah mereka makan dan bicarakanlah hal-hal lain. Hubungan kita dengan mereka jauh lebih penting dari pada kita “membela” kebenaran otak tengah. Aktivasi otak tengah adalah suatu fakta. Jika ada seseorang yang tidak percaya bahwa ternyata bumi lah yang mengitari matahari (bukan matahari yang mengitari bumi). Hargailah pendapat mereka. Dan berteman lah dengan mereka. Barangkali kita dapat menolong mereka di kemudian hari jika mereka mengalami kesulitan.
Kembali di tahun 1983 ketika saya memutuskan untuk masuk jurusan “Informatika” yang mempelajari komputer. Ada banyak buku pada saat itu yang mengatakan bahwa komputer adalah alat si jahat untuk mengendalikan manusia. Yah . . . sekarang saya dengan senang hati menolong mereka ketika komputer mereka “Hang”, tanpa mengungkit-ungkit lagi pendapat mereka 25 tahun yang lalu.
Loving Intelligence yang tinggi adalah sesuatu keuntungan dari otak tengah yang aktif. Jika kita sementara ini masih belum bisa mengaktifkan otak tengah kita, bagaimana jika kita mencoba mengasah Loving Intelligence kita, sehingga hidup kita lebih berarti.
Selamat mendidik anak anda,
Salam Anak Cerdas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran & Kritiknya